Hipertensi dan Demensia: Hubungan yang Harus Kita Perhatikan di Usia Lanjut

Jonathan

Hipertensi dan Demensia: Hubungan yang Harus Kita Perhatikan di Usia Lanjut

Apa Itu Hipertensi dan Demensia? Sebelum kita membahas lebih dalam, yuk pahami dulu pengertian dari dua kondisi ini:

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

Hipertensi adalah kondisi di mana tekanan darah di pembuluh arteri terus-menerus berada di atas batas normal.

Biasanya tekanan darah normal berada di angka 120/80 mmHg. Jika lebih tinggi dari 130/80 mmHg, Anda sudah masuk kategori hipertensi.

Hipertensi sering dijuluki sebagai “silent killer”, karena gejalanya sering tidak terasa tapi dampaknya bisa sangat serius – ulai dari serangan jantung, stroke, hingga kerusakan organ lainnya.

Demensia

Demensia bukan penyakit tunggal, tapi istilah umum untuk penurunan fungsi kognitif seperti daya ingat, kemampuan berpikir, berkomunikasi, hingga pengambilan keputusan.

Salah satu bentuk demensia yang paling dikenal adalah penyakit Alzheimer.

Demensia paling sering menyerang orang lanjut usia, tapi bukan bagian normal dari proses penuaan.

Data Fakta: Hipertensi dan Demensia Sangat Umum di Usia Tua

  • Menurut American Heart Association, hampir setengah dari seluruh orang dewasa di AS hidup dengan hipertensi.
  • Penelitian dari National Institute on Aging (NIA) menyebut bahwa Alzheimer adalah salah satu penyebab utama kematian pada orang tua – setelah penyakit jantung dan kanker.
  • Tekanan darah tinggi meningkatkan risiko demensia, baik yang disebabkan oleh stroke (disebut juga demensia vaskular), maupun Alzheimer.

Penelitian: Tekanan Darah Mempengaruhi Struktur Otak

Penelitian yang dipimpin oleh Dr. Zoe Arvanitakis dari Rush Alzheimer’s Disease Center, mengamati 1.288 pasien lansia di tahun-tahun terakhir hidup mereka.

Setiap tahunnya, tekanan darah mereka diukur, dan setelah meninggal, otak mereka diteliti.

Hasilnya cukup mencengangkan:

Tiga Jenis Kerusakan Otak yang Diperiksa

  1. Plak – Penumpukan protein beta-amyloid di antara sel otak
  2. Kusut – Serat tau yang menggumpal di dalam neuron
  3. Infark – Area kerusakan akibat kurangnya suplai darah (seperti pada stroke)
Baca Juga:  Metformin dan Umur Panjang - Fakta Ilmiah di Balik Obat Diabetes Populer

Temuan Utama:

  • Pasien dengan tekanan sistolik (SBP) rata-rata 147 mmHg memiliki risiko 46% lebih tinggi mengalami lesi otak dibanding mereka dengan SBP 134 mmHg.
  • Pasien dengan tekanan diastolik (DBP) 79 mmHg punya risiko 28% lebih besar mengalami infark dibandingkan DBP 71 mmHg.
  • Penurunan drastis tekanan darah sistolik di usia lanjut juga berkaitan dengan risiko kerusakan otak yang meningkat.

Kesimpulan Awal: Hipertensi – terutama yang terjadi di usia tua – berkaitan erat dengan kerusakan jaringan otak yang memicu demensia, baik melalui infark maupun kerusakan mikrostruktur lainnya.

Mengapa Hipertensi Meningkatkan Risiko Demensia?

Berikut adalah penjelasan mekanismenya secara sederhana:

  1. Pembuluh darah menjadi kaku akibat tekanan darah tinggi kronis → mengurangi aliran darah ke otak.
  2. Aliran darah yang tidak optimal menyebabkan kekurangan oksigen dan nutrisi di jaringan otak.
  3. Sel-sel otak mulai rusak dan mati, terutama di area yang bertanggung jawab untuk memori dan fungsi kognitif lainnya.
  4. Akhirnya, terjadi gangguan fungsi otak, yang bisa berkembang menjadi demensia.

Apa Dampaknya bagi Lansia?

Efek kombinasi antara tekanan darah tinggi dan kerusakan otak bisa menyebabkan:

  • Penurunan daya ingat
  • Kesulitan dalam berpikir atau mengambil keputusan
  • Perubahan perilaku atau emosi
  • Kesulitan berkomunikasi
  • Ketergantungan dalam aktivitas sehari-hari

Hal ini tentunya menurunkan kualitas hidup dan meningkatkan beban bagi keluarga maupun sistem perawatan jangka panjang.

Langkah-langkah Pencegahan dan Perawatan

Walaupun belum ada obat yang sepenuhnya menyembuhkan demensia, ada beberapa langkah pencegahan dan perlambatan perkembangan yang bisa Anda lakukan, terutama jika Anda atau orang terdekat memiliki hipertensi.

1. Kendalikan Tekanan Darah

  • Cek tekanan darah secara rutin
  • Kurangi konsumsi garam
  • Rutin berolahraga ringan seperti jalan kaki, yoga, atau berenang
  • Hindari rokok dan alkohol
  • Minum obat sesuai resep dokter bila diperlukan
Baca Juga:  SPECT Scan: Solusi Canggih untuk Mendeteksi Cedera Otak Ringan

2. Jaga Pola Makan

  • Terapkan diet DASH atau Mediterania yang dikenal baik untuk jantung dan otak
  • Konsumsi makanan kaya antioksidan seperti sayuran hijau, buah beri, ikan berlemak, dan kacang-kacangan

3. Aktif Secara Mental dan Sosial

  • Main puzzle, catur, atau permainan strategi lainnya
  • Rajin membaca atau menulis
  • Sering bersosialisasi untuk menjaga fungsi otak tetap aktif

4. Tidur yang Cukup dan Berkualitas

Tidur berperan penting dalam pembersihan racun di otak. Hindari begadang atau gangguan tidur kronis.

Kata Para Ahli

“Penelitian lebih lanjut masih dibutuhkan untuk menentukan target tekanan darah ideal pada lansia demi menjaga kesehatan otak,” ujar Dr. Zoe Arvanitakis.

Artinya, kita masih dalam tahap eksplorasi, tapi satu hal yang sudah jelas: jangan anggap enteng tekanan darah tinggi di usia lanjut.

Menjaga tekanan darah bukan hanya mencegah serangan jantung, tapi juga melindungi fungsi otak jangka panjang.

Waspadai Sejak Dini

Hipertensi dan demensia bukanlah nasib yang tidak bisa diubah. Dengan pengetahuan yang cukup, pola hidup sehat, dan perhatian terhadap kesehatan otak dan pembuluh darah, kita bisa memperlambat proses penuaan otak bahkan hingga usia lanjut.

Mulailah dari langkah sederhana: ukur tekanan darah Anda hari ini, konsultasikan dengan dokter, dan ubah gaya hidup jadi lebih sehat.

Masa tua yang sehat dan tetap tajam secara mental bukan mimpi – asal Anda mulai sejak sekarang.

Rekomendasi

Bagikan: